Articles
Digitalisasi telah membuka peluang besar bagi produk organik untuk menjangkau lebih banyak konsumen, tetapi tantangan seperti literasi digital yang rendah dan persaingan dengan produk konvensional. Generasi muda, dengan kreativitas dan pemahaman teknologi mereka, dapat menjadi penggerak utama dalam menjembatani kesenjangan ini melalui strategi digital yang inovatif. Dengan kolaborasi yang tepat, produk organik bisa lebih mudah diakses, bersaing, dan menjadi bagian dari gaya hidup modern yang berkelanjutan.
Di era digital yang berkembang pesat, produk organik berpeluang menjangkau lebih banyak konsumen. Namun, tanpa strategi pemasaran yang tepat, potensi ini bisa terhambat oleh keterbatasan akses dan dominasi metode konvensional.
Peluang Digitalisasi dan Peran Strategis Generasi Muda
Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat dan lingkungan terus meningkat, terlihat dari semakin populernya produk organik. Berdasarkan data dari Statistik Pertanian Organik Indonesia (2023), volume perdagangan produk organik melonjak dari 491,4 ton pada 2019 menjadi 7.795,9 ton pada 2022. Meskipun permintaan terhadap produk organik terus meningkat, pemasaran yang efektif masih menjadi tantangan utama. Harga yang relatif tinggi, keterbatasan akses, serta dominasi metode pemasaran konvensional membuat produk organik sulit bersaing di pasar.
"Menurut saya, digitalisasi menjadi solusi efektif untuk mengatasi kendala ini. Dengan memanfaatkan e-commerce, media sosial, dan marketplace, petani serta pelaku usaha organik dapat menjangkau lebih banyak konsumen."
Penelitian Safitri (2023) menunjukkan bahwa pemasaran online dapat meningkatkan penjualan produk beras organik hingga tiga kali lipat dibandingkan metode konvensional. Selain memperluas jangkauan, strategi digital juga berperan dalam membangun kepercayaan konsumen terhadap produk organik, sebagaimana ditemukan oleh Pancaningsih (2022) yang menemukan bahwa platform seperti Instagram, WhatsApp, dan Shopee efektif untuk membangun kepercayaan konsumen terhadap produk organik.
Data laporan We Are Social (2023) menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 212,9 juta pengguna internet, dengan 74,7% di antaranya aktif berbelanja online dan 64,4% mencari informasi produk secara sebelum membeli. Angka ini menunjukkan peluang besar bagi pemasaran digital produk organik untuk menjangkau lebih banyak konsumen.
Namun, penerapan pemasaran digital masih menghadapi kendala, terutama rendahnya literasi digital di kalangan petani dan pelaku usaha kecil. Banyak dari mereka belum terbiasa menggunakan platform digital secara optimal, sehingga masih bergantung pada metode pemasaran tradisional. Di sinilah peran generasi muda menjadi krusial.
Populix (2021) mencatat bahwa jumlah Generasi Z di Indonesia mencapai lebih dari 75 juta orang dan diprediksi akan mendominasi 30% tenaga kerja pada tahun 2030. Dengan tingkat literasi digital yang lebih tinggi—Generasi Z memiliki indeks literasi digital sebesar 60%, lebih tinggi dibandingkan Generasi Milenial yang mencapai 54,2% (Katadata, 2022)—mereka memiliki potensi besar untuk memperluas pasar produk organik dan membantu petani beradaptasi dengan era digital. Lalu, strategi konkret apa yang bisa diterapkan generasi muda untuk mendukung pemasaran digital produk organik?
Strategi Digitalisasi Pemasaran Produk Organik
Sebelum merancang strategi pemasaran, memahami profil konsumen produk organik menjadi langkah utama. Statistik Pertanian Organik Indonesia 2023 menunjukkan bahwa konsumsi pangan organik didominasi oleh generasi X dan milenial, khususnya usia 45-54 tahun (37,5%) dan 35-44 tahun (29,53%). Mayoritas dari mereka adalah pensiunan, ibu rumah tangga, dan wiraswasta—kelompok dengan kestabilan ekonomi yang memungkinkan pembelian produk organik dengan harga lebih tinggi.
Kedua generasi ini juga aktif di media sosial untuk berkomunikasi, mencari informasi, dan berbelanja daring. Generasi X lebih aktif di Facebook dan YouTube, sedangkan Generasi Milenial lebih dominan di Instagram, TikTok, dan WhatsApp. Dalam perilaku konsumsi, generasi X lebih kritis dan teliti, sementara milenial lebih konsumtif dan menjadikan konsumsi sebagai bagian dari pencitraan diri (Anugrah S, 2023; Bangsa, 2022).
Memahami karakteristik ini membuka peluang besar untuk mengoptimalkan strategi pemasaran digital. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan generasi muda untuk mendukung digitalisasi pemasaran produk organik:
1.Pemanfaatan Media Social
2. Optimalisasi E-commerce dan Marketplace
3. Penerapan Strategi Digital Marketing
Pemasaran Digital dalam Bisnis Sayur Organik: Studi Kasus SOM
"Saya percaya bahwa dengan peran aktif generasi muda, pemasaran digital dapat menjadi kunci utama dalam mempercepat pertumbuhan produk organik di Indonesia."
Sayur Organik Merbabu (SOM) yang berlokasi di Kabupaten Semarang, menjadi bukti nyata bagaimana pemanfaatan media sosial dan marketplace dapat meningkatkan omzet usaha secara drastis—dari Rp 300.000 menjadi Rp 300.000.000 per bulan (Andes & Sunaryanto, 2020).
Shofyan Adi Cahyono, petani milenial sekaligus pemilik SOM, awalnya menjual produknya secara door-to-door. Namun, seiring meningkatnya permintaan dan berkembangnya teknologi, ia mulai memanfaatkan Instagram, Facebook, TikTok, dan WhatsApp untuk memperluas pasar. Instagram, misalnya, digunakan untuk menampilkan foto produk yang menarik, memberikan edukasi seputar manfaat produk organik, serta membangun kedekatan dengan pelanggan. Pendekatan ini bukan hanya meningkatkan kepercayaan konsumen tetapi juga memperkuat loyalitas mereka.
Selain media sosial, SOM juga bekerja sama dengan platform e-commerce seperti Agree Mart untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Kemasan produk pun diperhatikan agar lebih menarik di mata konsumen. Keberhasilan ini diperkuat oleh penelitian Mas’Udin dan Yuliawati (2020), yang menemukan bahwa pemasaran digital memiliki pengaruh 61,8% terhadap keputusan pembelian produk organik di SOM. Faktor utama yang mendorong keputusan ini adalah hubungan erat antara produsen dan konsumen.
Studi kasus Sayur Organik Merbabu membuktikan bahwa digitalisasi dapat mengubah usaha kecil menjadi bisnis besar. Dengan peran aktif generasi muda dalam pemasaran digital, akses produk organik dapat diperluas, harga lebih kompetitif, dan kesadaran masyarakat meningkat. Oleh karena itu, sudah saatnya generasi muda mengambil peran lebih besar dalam membangun ekosistem pemasaran digital yang mendukung keberlanjutan pertanian organik di Indonesia.
Tantangan dan Solusi dalam pemasaran digital produk organik
Namun, di balik peluang besar ini, masih ada tantangan yang dihadapi—dari rendahnya literasi digital petani, tingginya biaya pemasaran, hingga persaingan dengan produk non-organik yang lebih murah. Perubahan algoritma media sosial juga kerap menyulitkan produsen menjangkau audiens tanpa strategi matang.
Di sinilah peran generasi muda semakin krusial—bukan hanya sebagai konsumen, tetapi juga inovator yang menjembatani kesenjangan digital dalam pertanian organik. Dengan kreativitas dan pemahaman teknologi, mereka dapat membantu produsen menciptakan strategi pemasaran yang lebih menarik dan efektif. Konten edukatif seperti video, infografis, dan testimoni pelanggan dapat meningkatkan kepercayaan konsumen, sementara data analitik dan iklan berbayar memperluas jangkauan pasar. Kemitraan dengan e-commerce pun menjadi solusi agar produk organik lebih mudah diakses.
Saya yakin, jika pemasaran digital dikelola dengan baik, produk organik dapat berkembang dan menjadi bagian dari gaya hidup modern. Dengan kolaborasi antara generasi muda, pelaku usaha, dan pemerintah, ekosistem pertanian organik yang berkelanjutan bisa terwujud. Saatnya mengambil peran lebih besar dalam membangun industri pertanian yang lebih hijau, inovatif, dan berdaya saing tinggi di era digital!
Penulis: Jihan Aulia Roziqin
Daftar Pustaka: